Natural resource curse
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan paradox yang
dihadapi negara yang memiliki sumber daya alam (natural resources) melimpah
(terutama yang tidak terbarukan atau non-renewable resources). Namun,
dari segi tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara tersebut cenderung
lebih rendah, jika dibandingkan dengan negara lain yang justru tidak memiliki
sumber daya alam. Hal ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang, seperti
di negara-negara miskin di benua Afrika dan Amerika Latin. Misalnya, kasus yang
dialami Nigeria yang memiliki kekayaan sumber daya alam berupa minyak bumi,
Republik Kongo yang memiliki sumber daya alam berupa intan, dan Pantai Gading
yang memiliki sumber daya alam berupa coklat. Umumnya, Negara-negara berkembang
tersebut mengeksploitasi sumber daya alamnya secara intensif dan menggantungkan
sumber pendapatan per kapitanya dari ekstraksi sumber daya alam tersebut.
Kegiatan ekstraktif tersebut biasanya tidak melibatkan penciptaan nilai tambah
(value added) yang besar karena hanya dilakukan sebatas mengekspor sumber
daya alam sebagai bahan baku (raw materials). Selain itu, kegiatan
ekstraktif dan eksploitasi secara berlebihan akan mengancam keberlanjutan dari
pembangunan ekonomi karena cepat atau lambat sumber daya alam itu bisa habis
sama sekali (depletable resources).
Lalu, timbul pertanyaan apakah
Indonesia sudah mengalami natural resource curse. Pertanyaan ini
timbul karena pada kenyataannya walaupun Indonesia memiliki sumber daya alam
yang melimpah, namun kemiskinan dan kesenjangan masih terjadi di berbagai
pelosok nusantara. Bahkan, di beberapa provinsi yang kaya sumber daya alam yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, masih banyak masyarakat yang hidup di bawah
garis kemiskinan. Salah satu contoh kasus yang paling banyak disoroti adalah
penambangan Freeport di Timika, Papua. Walaupun eksploitasi sumber daya mineral
oleh PT Freeport sudah berlangsung lama, secara umum pembangunan di provinsi
Papua masih cukup tertinggal daripada provinsi lainnya di Indonesia.
Sebagian pihak meyakini bahwa
Indonesia telah mengalami apa yang disebut sebagai natural resource curse.
Kasus Freeport di provinsi Papua merupakan salah satu contoh kasus yang
mendukung opini ini. Selain Papua, banyak provinsi lain yang mengalami hal yang
sama. Sebagai contoh lain adalah kasus penambangan timah di Pulau Belitung.
Eksploitasi secara intensif pada sumber daya timah yang ada di Belitung kurang
dapat memberikan kontribusi besar pada pembangunan di daerah, khususnya yang
terkait dengan pembangunan manusia (human development). Selain itu,
kesenjangan di daerah-daerah eksploitasi pertambangan cukup signifikan sehingga
kontribusi sektor ekstraktif terhadap kesejahteraan penduduk menjadi semakin
dipertanyakan. Maka dari itu, kerap timbul pandangan negatif terhadap
eksploitasi sumber daya mineral oleh perusahaan milik asing yang tak ubahnya
seperti pemiskinan
Sektor ekstraktif tidak selalu
berkaitan dengan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ektraktif juga
mencakup sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan karena sektor ini juga
tidak melibatkan proses penambahan value added. Sektor perkebunan
kelapa sawit yang saat ini berkembang pesat di Indonesia salah satunya.
Indonesia selama ini terkesan hanya berfokus mengekspor produk berupa crude
palm oil (CPO) dan kurang mendorong pengolahan lebih lanjut dari hasil
perkebunan kelapa sawit menjadi produk olahan siap pakai. Fakta ini membentuk
asumsi bahwa di Indonesia, sektor ekstraktif memberikan kontribusi terbesar
bagi perekonomian nasional. Sebagian pihak pun menilai bahwa sektor ekstraktif
membuat proses transformasi terkait dengan industrialisasi dalam perekonomian
di Indonesia menjadi terhambat dan kurang berkembang.
Sebagian orang percaya bahwa
Indonesia belum mengalami apa yang dinamakan sebagai Dutch disease.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan sektor industri manufaktur di Indonesia
masih menjadi sektor yang menyumbang share yang paling besar dalam
pendapatan domestik bruto (PDB) di Indonesia (lihat grafik di bawah ini). Ini
membuktikan bahwa industrialisasi di Indonesia masih terus berlangsung. Hal ini
dapat dilihat di grafik 2 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan per
sektor dari sektor ekstraktif jauh lebih rendah dibandingkan dengan sektor
lainnya. Jadi, apakah Indonesia sudah mengalami natural resource curse atau
tidak masih menjadi bahan perdebatan.
Keren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com
Makasih :)
HapusMakasih :)
Hapusİşinize yarayabilecek siteler listesi hemen aşağıda: binance güvenilir mi - binance güvenilir mi - binance güvenilir mi - google haritalara yer ekleme - kuşadası kiralık villa - tiktok izlenme satın al - instagram takipçi satın al - sms onay - polen filtresi
BalasHapuskayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - kayseri escort - gaziantep escort
BalasHapuskayseri escort - hatay escort
BalasHapus