Selasa, 31 Desember 2013

Sitem Informasi Sebagai Pendukung Informasi Manajemen


BAB  2
SISTEM INFORMASI SEBAGAI PENDUKUNG PROSES MANAJEMEN

Telah ditekankan pada Bab 1 bahwa manajemen suatu organisasi diharapkan dan bahkan dituntut memainkan berbagai peran strategis demi keberhasilan organisasi sebagai keseluruhan. Peranan tersebut berangkat dari pandangan bahwa kelompok manajemen harus mampu menerapkan kepemimpinan yang efektif. Telah umum diketahui bahwa keberhasilan organisasi pada hakikatnya ditentukan oleh penggabungan yang tepat antara kepemimpinan yang efektif dan pelaksanaan kegiatan operasional yang efisien. Pada umumnya kepemimpinan yang efektif tercermin pada dua kegiatan utama, yaitu memainkan peranan yang menjadi tanggung jawabnya selaku unsur pimpinan dalam organisasi dan kemahirannya memimpin organisasi dalam menempuh seluruh proses manajerial yang memang harus terlaksana dengan sebaik  mungkin.
Atas dasar pemikiran demikianlah, dalam bab ini dibahas dua topik utama, yaitu pertama peranan yang harus dimainkan oleh para manajer dan kedua pembahasan proses manajerial yang kesemuanya hanya mungkin terlaksana dengan baik apabila didukung oleh informasi.

TIGA KATEGORI PERANAN MANAJEMEN
Banyak cara yang dapat digunakan untuk membuat kategorisasi peranan manajerial dalam duatu organisasi. Bahkan pustaka tentang manajemen pada umumnya dan kepemimpinan pada khususnya sarat dengan pembahasan tersebut.yang jelas ialah dari teori kepemimpinan diketahui bahwa manajemen suatu organisasi yang memainkan tiga kategori peranan, yaitu peran yang bersifat interpersonal, peranan informasional, dan peranan selaku pengambil keputusan.

Peranan yang Bersifat “Interpersonal
Peranan yang bersifat interpersonal antara lain yang dimaksudkan untuk menumbuhsuburkan iklim solidaritas dan kebersamaan dalam organisasi. Peranan ini sering menampakan dirinya dalam tiga bentuk utama, yaitu: pertama: peranan yang bersifat simbolis. Tidak disangkal dari pengalaman banyak orang menunjukan bahwa eksistensi suatu organisasi sering diidentikan dengan orang orang yang menduduki jabatan manajemen puncak dalam organisasi tersebut. Salah satu akibat peranan tersebut adalah kesediaan manajemen untuk terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan seremonial. Contoh-contohnya antara lain ialah keterlibatan langsung dalam perayaan hari-hari besar nasional, perayaan ulang tahun organisasi, menghadiri resepsi perkawinan putra/putri rekan dan/atau bawahan, menghadiri upacara khitanan, menghadiri upacara pemberian penghargaan kepada karyawan yang menampilkan kinerja yang sangat memuaskan, upacara pelepasan para karyawan yang memasuki masa purna bakti, dan lain sebagainya. Tapi, tidak sedikit pula orang yang menduduki posisi manajerial penting dalam organisasi yang tidak senang memainkan peranan tersebut karena paling sedikit dua alasan utama, yaitu (a) keterlibatan termasuk kategori kegiatan perifieral dalam arti tidak memberikan kontribusi secara langsung kepada pencapaian tujuan organisasi dan berbagai sasarannya dan (b) kegiatan sosial dan seremonial seperti itu menyita banyak waktu, tenaga, dan bahkan juga biaya. Akan tetapi sesungguhnya, memainkan peranan simbolis tersebut sangat penting, paling sedikit ditinjau dari segi penciptaan citra positif organisasi yang bersangkutan misalnya sebagai tokoh dalam lingkungan “keluarga besar” organisasi dan mencegah timbulnya persepsi dikalangan orang lain bahwa manajemen organisasi menjadi kelompok yang eksklusif. Kedua: peranan selaku pemimpin. Jika kepemimpinan didefinisikan sebagai “kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain –baca: para bawahan—sehingga  orang lain itu bersedia melakukan hal-hal yang diinginkan oleh pemimpin maskipun hal tersebut secara pribadi tidak disenanginya”, jelas bahwa kemampuan memimpin yang efektif akan turut menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi karena dengan kepemimpinan itulah orang lain dibina, diarahkan dan diberi motivasi yang tepat. Dari teori kepemimpinan diketahui bahwa kepemimpinan yang efektif antara lain menyangkut gaya kepemimpinan yang situasional yang pada umumnya berarti bahwa dalam menerapkan kepemimpinan, seorang manajer menyesuaikan gaya tersebut dalam tingkat kematangan mental, professional, dan teknis para bawahan meskipun gaya yang demokratiklah yang sesungguhnya paling didambakan. Ketiga: peranan  sebagai penghubung, terutama dalam arti eksternal yaitu perana selaku wakil organisasi dalam menghadapi berbagai pihak diluar organisasi yang mempunyai kemitraan ayau hubungan kerja dengan organisasi yang bersangkutan. Salah satu bentuk hubungan ini ialah bahwa informasi kepada pihak luar tersebut tentang organisasi yang dipimpinnya.  
Peranan informasional
Peranan kedua ialah informasional. Yang dimaksud dengan peranan ini ialah bahwa dalam kedudukannya seselaku unsur pemimpin dalam organisasi, manajemen menjadi pemantau arus informasi dalam orgnaisasi di samping peranan selaku penerima dan pembagi informasi. Yang disebut terakhir ini termasuk peranan selaku juru bicara organisasi. Sebagai pemantau arus informasi, manajemen berupaya untuk menjamin bahwa informasi  yang diterima segera sampai kepada satuan kerja yang memerlukannya sebaliknya arus informasi keluar berjalan lancar dalam arti diterima oleh pihak luar yang memerlukannya dalam waktu yang sesingkat mungkin. Selaku penerima informasi, manajemen  memperoleh berbagai jenis informasi dari berbagai sumber, baik secara internal dari berbagai komponen atau disatuan kerja yang terdapat dalam organisasi maupun secara eksternal, yaitu berbagai sumber yang dianggap memiliki informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam menjalankan semua jenis peranan, fungsi, dan kegiatannya. Bahkan tidak mustahil bahwa ada pihak-pihak tertentu, didalam dan diluar organisasi, yang menyampaikan informasi kepada manajemen karena pihak-pihak tersebut menduga bahwa manajemen  membutuhkan informasi tersebut. Dengan demikian, makin mudah akses kepada berbagai sarana penanganan informasi, seperti misalnya karena makin meluasnya penggunaan personal computer dan Notebook yang  terdapat dalam seluruh jajaran organisaasi masalah yang sering dihadapi oleh manajemen dalam hal informasi ini ialah kecenderungan manajemen menerima terlalu banyak informasi, termasuk informasi yang mungkin tidak diperlukannya dalam menjalankan peran manajerialnya. Berbeda halnya dengan masa lalu pada waktu penangan informasi masih bersifat manual, mahal, lambat, informasi merupakan resource organisasi yang  langka. Melimpahnya informasi yang diterima oleh manajemen dapat menimbulkan masalah paling sedikit dalam dua bentuk, yaitu: (a) bahwa tidak sedikit waktu dan tenaga manajemen yang digunakan untuk menyeleksi informasi apa saja yang betul-betul dibutuhkannya yang berarti mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang lebih strategis sifatnya, dan (b) tidak adanya jaminan bahwa informasi yang diterima itu bermutu tinggi karena, seperti dimaklumi, dalam dunia informasi dewasa ini dikenal akronim GIGO yang merupakan singkatan dari ungkapan Garbage In, Garbage Out. Tidak akan ada yang menyanggah benarnya pandangan yang mengatakan bahwa jika data, sebagai bahan baku untuk diolah sehingga menjadi informasi, tidak tinggi mutunya, secermat apapaun pengolahan dilakukan, tidak mungkin menghasilkan informasi yang bermutu tinggi. Padahal yang diperlukan oleh manajemen adalah informasi yang relevan, mutakhir, lengkap, dan andal serta tersimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri oleh manajemen apabila diperlukan. Biasanya informasi yang diterima oleh manajemen  dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu informasi yang digunakan sendiri oleh manajemen dalam memainkan peranan manajerialnya dan informasi yang didistribusikan kepada para manajer yang lebih rendah untuk digunakan sebagai alat pendukung kegiatan para bawahan tersebut. Kategori kedua inilah yang mengakibatkan timbulnya peranan manajemen selaku pembagi informasi. Peranan ini tidak kalah pentingnya dibandingkan peranan selaku penerima informasi. Dikatakan demikian karena manajemen harus mengetahui dengan pasti dan tepat kepada siapa dan informasi apa yang diberikan dan untuk kepentingan apa. Lancar tidaknya pelaksanaan kegiatan para bawahan terutama ditentukan oleh informasi apa yang diperolehnya dari manajemen pada tingkat yang lebih tinggi. Salah satu peranan manajemen yang sangat penting ialah selaku juru bicara organisasi. Dengan peranan ini manajemen menyampaikan informasi tentang berbagai segi kehidupan organisasi seperti strateginya, rencananya, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, tindakan operasional dan hasil yang dicapai kepada berbagai pihak yang memerlukannya. Kegunaan informasi itu bagi pihak-pihak diluar organisasi beraneka ragam, akan tetapi yang jelas ialah bahwa kesemuanya itu dimaksudkan untuk menumbuhkan kepercayaan dalam diri berbagai pihak tersebut tentang organisasi, termasuk bonafiditasnya.
Peranan Selaku Pengambil Keputusan
Pada tingkat yang berbeda-beda para manajer dalam suatu organisasi berperan selaku pengambil keputusan, baik yang sifatnya strategis, fungsional, dan teknis operasional. Peranan tersebut timbul karena manajemen memiliki wewenang untuk bertindak selaku (a) wirausahawan, (b) peredam ketidaktenangan, (c) penentu alokasi sarana, prasarana, sumber daya manusia dan dana, serta (d) selaku perunding.
Jika dikatakan manajemen berperan selaku wirausahawan, yang dimaksud ialah bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab untuk mengamati situasi internal dan lingkungan sedemikian rupa sehingga jika peluang baru timbul untuk melakukan kegiatan tertentu dalam rangka peningkatan kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sarananya, peluang tersebut dapat dimanfaatkan dengan segera dan dengan semaksimal mungkin. Di samping itu, para manajerlah yang diharapkan mengambil prakarsa untuk mewujudkan perubahan yang mungkin dituntut oleh kondisi internal organisasi dan perkembangan yang terjadi pada lingkungan.
Dapat dipastikan bahwa  ada kalanya suatu organisasi dihadapkan pada suasana ketidaktenangan karena, misalnya, terjadi perubahan yang tidak diduga sebelumnya. Memang sering ditekankan bahwa manajemen  yang tangguh adalah manajemen yang antisipatif sehingga tidak sering dihadapkan kepada suasana “pendadakan”. Penekanan demikian benar dan penting meskipun mengatakannya jauh lebih mudah ketimbang melaksanakannya. Artinya, sematang-matangnya  perkiraan masa depan dilakukan, unsur ketidakpastian selalu ada. Untuk meredam ketidaktenangan yang mungkin timbul, manajemen dapat melakukan berbagai tindakan termasuk pengkajian ulang strategi dan rencana organisasi dan mengkomunikasikan hasil pengkajian tersebut kepada seluruh jajaran organisasi.
Telah umum diketahui bahwa kepada setiap jabatan manajerial melekat kekuasaan tertentu. Kepemimpinan yang efektif menuntut bahwa kekuasaan tersebut sesungguhnya merupakan amanat yang harus diemban dengan sebaik mungkin. Berarti tidak boleh terjadi penyalahgunaan kekuasaan yang dimiliki seseorang. Kewenangan yang dimiliki oleh kelompok manajemen tampak dalam berbagai bentuk, seperti kewenangan mengalokasikan anggaran, sarana dan prasarana kerja, sumber daya manusia, serta wewenang untuk memberikan penghargaan atas kinerja dan perilaku positif—seperti dalam bentuk promosi, pemberian plaket, dan berbagai bentuk lainnya—dan sebaliknya mengenakan sanksi disiplin organisasi terhadap mereka yang kinerjanya mengecewakan atau perilakunya bersifat disfungsional—seperti dalam bentuk penangguhan kenaikan gaji berkala, penurunan pangkat dan demosi,dan pembebasan dari jabatan. Bahkan juga mengenakan sanksi yang paling berat—yaitu    pemecatan atau dengan menggunakan eufemisme, memberhentikan dengan tidak hormat, dan tidak atas permintaan sendiri. Kepemimpinan seseorang akan lebih efektif apabila yang bersangkutan mampu mempengaruhi perilaku para bawahannya dengan pendekatan yang sifatnya persuasif dan dengan tidak serta-merta menonjolkan kekuasaan yang dimilikinya.
Peranan yang penting dan harus dimainkan dengan efektif ialah selaku perunding bagi organisasi  vis a vis berbagai pihak diluar organisasi. Misalnya, (a) perundingan dengan organisasi serikat pekerja dalam hal timbulnya pertikaian perburuhan, (b) perundingan dengan para pemasok untuk memperoleh bahan mentah dan bahan baku yang bermutu tinggi, harga yang wajar, syarat-syarat pembayaran yang selunak mungkin, jadwal pembayaran yang selunak mungkin, jadwal penyampaian yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, (c) perundingan dengan mitra kerja, termasuk lembaga keuangan dan perbankan, (d) perundingan dengan para pesaing, sperti dalam hal penentuan strategi bersama yang menyangkut harga jual produk, serta, (e) perundingan dengan pihak pemerintah seperti halnya dengan negosiasi, kontrak kerja, dan lain sebagainya.

Meskipun tidak menyatakan secara eksplisit, sesungguhnya semua peranan yang telah disinggungkan di muka akan dpat dimainkan oleh manajemen dengan tingkat efektivitas yang tinggi apabila sebelum dan selama memainkan peranan tersebut bagi manajemn tersedia semua jenis informasi yang diperlukannya.

PROSES MANAJERIAL
Organisasi apapun yang dikelola, manajemen selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial yang pada intinya berkisar pada: (a) penentuan tujuan dan sasaran, (b) perumusan strategi, (c) perencanaan, (d) penentuan program kerja, (e) pengorganisasian, (f) penggerakan sumber daya manusia, (g) pemantauan kegiatan operasional, (h) pengawasan, (i) penilaian, serta (j) penciptaan dan penggunaan sistem  umpan balik. Masing-masing tahap dalam proses tersebut pasti memerlukan berbagai jenis informasi seperti akan dibahas berikut ini.
Penentuan Tujuan
Dapat dinyatakan secara aksiomatis bahwa suatu organisasi dibentuk dan dikelola untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berkaitan dengan tujuan, terdapat paling sedikit tiga hal yang sangat menarik untuk diperhatikan. Pertama:  Tujuan organisasi biasanya ditentukan oleh para pendiri organisasi tersebut dan seluruh kegiatan yang diselenggarakan kemudian diarahkan kepada pencapaian tujuan tersebut. Kedua: Semua anggota organisasi diharapkan mau menerima tujuan tesebut sebagai suatu yang layak dan pantas untuk dicapai terlepas dari latar belakang, preferensi pribadi, dan motivasi para anggota organisasi tersebut. Ketiga: Tujuan dipandang sebagai sesuatu yang menjadi “bintang penentu” dan sekaligus sebagai “titik kulminasi” seluruh kegiatan organisasi yang antara lain berarti bahwa apapun yang terjadi kemudian dalam organisasi harus berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Berarti bahwa berbagai kegiatan lain yang tidak secara langsung mendukung upaya pencapaian tujuan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang mubazir.
Sebagai titik kulminasi kegiatan organisasi dan bahkan juga sebagai tolak ukur keberhasilan organisasi, tujuan akhir suatu organisasi memiliki empat ciri yaitu:  (a)  jngkauan waktunya jauh ke dean dan bahkan biasanya tidak dinyatakan secara tegas kapan tujuan tersebut akan dicapai, melainkan dengan mengatakan “diupayakan akan dicapai satu kali kelak”, (b) tujuan merupakan suatu kondisi ideal yang diharapkan akan terwujud, (c) tujuan dinyatakan secra kualitatif, dan (d) sifat tujuan akhir tersebut tidak dimungkinkan untuk merumuskan secara konkret melainkan abstrak.
Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila dalam perjalanannya, suatu organiasi melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu, baik dalam arti mengubah komponen tertentu dari tujuan tersebut atau bahkan mungkin menggantikannya sama sekali dengan tujuan baru. Tetapi jelas selalu ada tujuan yang hendak dicapai. Di samping itu, tidak mustahil bahwa para anggota organisasi tidak selalu memahami dengan tepat makna, hakikat, dan berbagai implikasi tujuan tersebut.
 Kiranya tidak sulit untuk membayangkan bahwa dengan ciri-ciri tujuan akhir seperti telah disinggung di muka, informasi yang dibutuhkan dalam rangka penentuan tujuan organisasi adalah informasi dasar yang memberikan gambaran kasar atau global tentang kecenderungan-kecenderungan yang mungkin timbul atau terjadi  baik dalam arti internal dalam organisasi yang bersangkutan sendiri maupun ada lingkungan dimana organisasi akan bergerak. Agar tujuan yang ditentukan itu memang mungkin untuk dicapai, informasi dasar dan eksternal yang diperlukan dapat mencangkup informasi dibidang politik, keamanan, ekonomi, social budaya, serta arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara internal, informasi yang diperlukan menyangkut antara lain tentang produk apa yang dhasilkan oleh organisasi, baik dalam arti barang maupun jasa, dikaitkan dengan kemampuan organisasi menyediakan dan menguasai berbagai sarana, prasarana, dana, dan sumber daya manusia.



Pentahapan Pencapaian Tujuan
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam periodisasinya. Enggan perataan lain perlu ditetapkan sasaran-sasaran – seiring dikenal dengan istilah “tujuan antara” –yang ingin  dicapai pada satu kurun waktu tertentu.
Karena sasaran merupakan tujuan anatara, maka cirri-cirinya pun agak berbeda dengan cirri-ciri tujuan akhir, yaitu: (a) kurun waktu pencapaiannya ditentukan seperti misalnya lima tahun, (b) tidak lagi idealistic melainkan didasarkan pada pemikiran pragmatis dalam arti bahwa sasaran tersebut diyakini memang mungkin tercaai, (c) dinyatakan secara kuantitatif sepanjang hal itu mungkin dilakukan, dan (d) sasaran merupakan “target” yang kongkret.
Dengan tetap menyadari bahwa betapapun cermatnya perkiraan tentang masa depan yang akan dihadapi selalu terdapat faktor-faktor ketidakpastian. Oleh karena itu, maksimal yang dapat dilakukan adalah minimalisasi risiko yang harus dihadapi. Untuk itu biasanya diperlukan berbagai informasi untuk dijadikan instrument pendukung pengambilan keputusan. Di bidang poitik, misalnya, diperlukan estimasi tentang stabilitas dan keamanan nasional, termasuk mencapai implikasi terhadap berbagai kebijaksanaan yang akan ditempuh di masa depan. Di bidang ekonomi dipelukan informasi yang menyangut banyak segi kehidupan perekonomian, seperti tingkat pertumbuhan perekonomian nasional, laju inflasi, tingkat suku bunga, apakah pemerintah akan menerapkan kebijaksanaan uang ketat atau tidak, arah pertumbuhan dan perkembangan industry, kondisi persaingan dalam industry dimana organisasi bergerak, dan informasi lain yang sejenis. Dibidang sosial budaya, sangat diperlukan aneka ragam informasi seperti tingkat pendidikan masyarakat, kemungkinan makin beraneka ragamnya tenaga kerja, perkiraan sampai sejauh mana akan terjadi pergeseran nilai-nilai social budaya di masyarakat sebagai akibat penetrasi teknologi informasi, dan lain sebagainya. Infomasi tentang dampak perkembangan teknologi pun mutlak dimiliki karena akan turut menentukan bentuk berbagai sasaran yang akan ditetapkan itu.
 Perumusan Strategi
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organissi memerlukan strategi yang mantap dan jelas dilingkungan dunia bisnis, strategi pada umumnya didefinisikan sebagai “penyertaan sadar oleh manajemen tentang bidang bisnis apa yang ditekuni oleh organisasi sekarang dan dalam kegiatan bisnis apa organisasi akan bergerak dimasa yang akan datang”.
Berangkat dari definisi tesebut, manajemen  mungkin melakukan starifikasi strategi, akan tetapi mingkin juga tidak. Ukuran organisasi merupakan salah satu faktor penentunya. Artinya, bagi suatu organisasi yang masih kecil, pada umumnya stratifikasi strategi tidak diperlukan. Akan tetapi untuk suatu organisasi yang besar –seperti  konglomerat—diperlukan stratifikasi strategi, yaitu dalam bentuk (a) strategi akbar yang berlaku bagi seluruh organisasi, (b) strategi induk bagi satuan-satuan usaha didalamnya,(c) strategi dasar bagi berbagai bidang fungsional dalam organisasi, dan (d) strategi operational bagi satuan-satuan kerja yang bertanggung jawab untuk menyelenggaraan kegiatan yang sifatnya teknis dan operasional.
Salah satu instrumen ilmiah yang umum digunakan dalam menentukan dan menetapkan strategi organisasi ialah analisis SWOT. Seperti dimaklumi, SWOT merupakan akronim dari kata-kata strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman). Instrumen ini ternyata ampuh adalam mempelajari dan menentukan strategi yang tepat. Artinya, agar suatu organisasi memperoleh keberhasilan, manajemen mutlak perlu mengenali factor-faktor kekuatan organisasi, kelemahannya, peluang yang mungkin atau diperkirakan akan timbul, dan berbagai ancaman yang harus dihadapi. Para pakar biasanya menekankan bahwa agar analisis SWOT benar-benar bermanfaat sebagai alat bantu dalam perumusan dan penentuan strategi organisasi, factor-faktor kekuatan dan peluang digabung untuk memperoleh manfaat yang maksimal dan kelemahan serta ancaman juga digabung untuk meredam atau meminimalisasi dampak negatifnya.
Agar analaisis SWOT benar-benar ampuh sebgai instrument pembantu dalam pengambilan keputusan tentang strategi organisasi, diperlukan berbagai informasi baik yang bersumber dari dalam organisasi sendiri maupun yang digali dari luar organisasi yang bersangkutan. Pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor yang berupa kekuatan dan kelemahan organisasi, kemampuannya memiliki dan menguasai bergbagai sarana,prasarana dan dana, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sumber daya anusia, serta budaya organisasi. Informasi tentang peluang yang mungkin timbul  dan harus dimanfaatkan juga sangat penting antara menyangkut potensi pasar dimana produk organisasi dijual, bidang bisnis baru, peluncuran produk baru, dan lain sebagainya. Demikian juga halnya dengan ancaman yang harus dihadapi, misalnya perubahan kebijaksanaan pemerintah, kemungkinan terganggunya stabilitas dan keamanan nasional, bentuk persaingan ketat karena beberapa perusahaan memproduksi, memasarkan, dan menjual produk serupa atau produk substaitusi yang oleh para konsumen dipandang mempunyai nilai yang relative sama, ancaman pengambil alihan perusahaan oleh pengusaha kuat –misalnya karena niatnya menduduki posisi yang monopolistic dan oligopolistic --,   dan lain sebagainya.
Fungsi Perencanaan
Strategi yang telah dirumuskan dan ditetapkan memerlukan penjabaran melalui penyelenggaraan fungsi perencanaan. Perencanaan dapat disefinisikan sebagai “pengambilan keputusan  sekarang tentng hal-hal yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu tetentu dimasa depan”. Dilihat dari sudut jangkauan waktunya, perencanaan dapat bersifat jangkauan panjang –misalnya sepuluh tahun--, jangkauan sedang—misalnya lima tahun--, dan jangkauan pendek misalnya satu tahun atau mungkin lebih setingkat lagi.  Yang disebut terahir ini termasuk kategori penyusunan rogra kerja yang akan dibahas kemudian. Karena perencaanaan merupakan salah satu bentuk pengambilan keputusan, perlu diketahui secepat mungkin berbagai risiko dan faktor-faktor yang menjadi penyeban ketidak pastian. Sangat penting untuk disadari bahwa “muatan” risiko dan ketidakpastian makin besar dalam perencanaan jangka panjang dan relative makin kecil jika rencana bersifat jangka sedang, apalagi jangka pendek. Berarti jumlah, bentuk, jenis, dan sifat informasi yang diperlukan pun jelas berbeda dan manajemen harus memahami perdedaan-perbedaan tersebut.
Informasi tersebut berkaitan dengan upaya menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan yang harus dijawab dalam proses perencanaan, yaitu, pertanyaan apa, dimana, bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa.
Penyusunan Program Kerja
Telah disinggung dimuka bahwa penyusunan program kerja merupakan perencanaan jangka pendek. Dengan demikian, penyususnan program kerja merupakan rincian yang sistematis dari rencana jangka sedang atau menengah. Keenam pertanyaan yang dicari dan diupayakan ditemukan jawabannya dalam perencanaan harus terjawab dalam penyususnan program kerja dengan pengertian bahwa jawaban tersebut (a) lebih besifat kuantitati f, (b) menyatakan secara jelas dan konkret hasil yang diharapkan, (c) standar kinerja jelas, dan (d) mutu  hasil pekerjaan ditetapkan secara pasti, dan (e) disusun sedemikian rincinya sehingga dapat dijadikan pedoman dan pegangan dalam penyelenggarakan kegiatan operational.
Fungsi Pengorganisasian
Organisasi dapat didefinisikan sebagai “sekelompok orang yang terikat secara forml dan hierarkis serta bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.” Jika disimak secara cermat, definisi tersebut menunjukan paling sedikit ada lima implikasi informasionanya, yaitu: (a) organisasi sebagai wadah, (b) organisasi sebagai proses, (c) tripologi organisasi, (d) prinsip-prinsip organisasi, dan (e) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur organisasi.
Organisasi sebagai wadah. Teori klasik tentang organisasi menekankan organisasi sebagai wadah dimana sekelompok orang bergabung dan menempati “kotak-kotak” tertentu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hubungan kerja yang sifatnya hierarkikikal –yang tercermin dalam hubungan formal antara “atasan” dan “bawahan” –sangat menonjol dalam teori ini. Pandangan klasik tersebut masih tetap berlaku dalam organisasi yang paling mutakhir sekalipun, meskipun dengan aksentuasi yang berbeda dibandingkan dengan masa lalu. Perbedaan aksentuasi terebut akan dibahas kemudian dalam bab ini.
Organisasi sebagai proses interaksi. Disamping menyoroti organisasi sebagai wadah seluruh kegiatan yang berlanjut dan diselenggrakan oleh para anggota suatu organisasi yang bekerja purnawaktu, teori organisasi yang mutakhir sangat menekankan pentingnya melihat organisasi sebagai suatu proses interaksi, interdependensi, dan interelasi antara berbagai komponen yang terdapat dalam organisasi tersebut. Alasan yang sangat mendasar untuk penekanan tersebut ialah mutlak perlunya diterapkan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda organisasi. Menerapkan pendekatan kesisteman antara lain berarti bahwa dalam menjalankan roda suatu organisasi harus diterapkan  prinsip sinergi yang berarti bahwa meskipun atau bahkan justru karena berbagai satuan kerja dalam organisasi menyelenggarakan fungsi-fungsi yang spesialistik, dan bagaimanapaun pembagian tugas dilakukan sebagai konsekuensi tuntutan spesialisasi tersebut, perbedaan fungsi harus diihat sebagai upaya perkayaan organisasi sehingga penjumlahan hasil yang dicapai oleh organisasi sebagai keseluruhan harus lebih besar dari penjumlahan hasil yang diraih oleh masing-msing komponen organisasi yang bekerja sendiri-sendiri. Dengan perkataan lain, tolak ukur keberhasilan organisasi tidak dilihat secara incremental dari apa yang dicapai oleh masing-masing satuan kerja melainkan dari sudut pandang yang bersifat holistic dalam arti keberhasilan oganisasi sebagai keseluruhan. Perlu ditekankan pula bahwa terlepas dari tingkat produktivitas, efektifitas, efisiensi, loyalitas para anggota, dan disiplin kerja satu satuan kerja tertentu dalam organissi, dalam arti yang sesungguhnya, tidak ada lagi tugas yang data diselesaikan hanya oleh satu satuan kerja penanggung jawab fungsional satu unit kerja tertentu memerlukan interaksi, interdependensi dan intereasi dengan semua satuan kerja lain dalam organisasi yang bersangkutan.
Kiranya tidak sulit membayangkan bahwa pemilihan struktur yang tepat memerlukan beraneka ragam informasi, seperti yang menyangkut kompleksitas organisasi, besaran organisasi, tingkat formalisasi tugas, departementalisasi yang diberlakukan—apakah yang besifat produk, geografis, proses, dan lain sebagainya—jenis produk yang dihasilkan, baik dalam arti barang maupun jasa, dan pangsa pasar yang sudah dan dikuasai termasuk  segmennya. Atas dasar informasi itulah dipilih tipe organisasi yang dipandang tepat untuk digunakan, apakah tipe lini, tipe lini staf, tipe fungsional, tipe direktorat, tipe matriks, atau kepanitiaan (adhocracy). Dengan perkataan lain, apakah akan memilih struktur yang sederhana atau birokratik, tipe yang mekanik atau yang organic.
Penggerakan Sumber Daya Manusia
Kiranya dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa fungsi penggerakan sumber daya manusia merupakan fungsi yang teramat penting dan sekaligus yang paling sulit. Teramat penting karena seluruh proses manajerial hanya mempunyai makna operasional dalam rangka pencapaian tujuan bila diselenggarakan oleh manusia dengan baik dan benar. Paling sulit karena manusia merupakan makhluk yang sangat rumit yang belum sepenuhnya dipahami baik oleh para teoritis maupun oleh para praktisi.
Sebagai salah satu komponen proses manajerial, pergerakan sumber daya manusia perlu memperhatikan hal-hal berikut termasuk implikasinya terhadap perolehan berbagai jenis informasi yang diperlukan sehingga proses penggerakan tersebut berlangsung dengan tepat dalam arti “kena pada sasarannya”. Pertama: Manusia adalah makhluk yang mempunyai harkat dan martabat yang perlu dan harus diakui dan dihargai. Ramifikasi (akibat) pernyataan tersbut antara lain ialah bahwa: (a) manusia berkarya dewasa ini tidak lagi sekedar untuk mencari nafkah –meskipun hal itu tetap merupakan salah satu alasan mengapa manusia bekerja ---akan tetapi sebagai bagian dari upayanya mengangkat harga dirinya ketingkat yang setinggi mungkin; (b) berbagai jenis dan imbalan yang diterimanya tidak sekedar dalam bentuk imbalan financial langung dalam bentu upah, gaji, dan tunjangan, akan tetapi juga dalam bentuk imbalan yang sifatnya intrinsic, imbalan financial tidak langsung dan imbalan nonfinancial, terutama yang berkaitan dengan perumusan kebutuhan statusnya. Kedua: Dalam berkarya, manusia ingin diperlakukan secara manusiawi, dalam arti diperkaya kehidupan kekaryaannya, antara lain melalui penyediaan yang simpatik oleh para atasan langsung. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai , kondisi fisik pekerjaan yang menjamin kesehatan dan keselamatan kerja, tugas kekerjaan yang menarik, bervariasi dan meantang –tidak membosankan karena ritinistik dan terlalu mekanistik –serta  iklim saling mendukung antara sesama anggota organisasi. Ketiga: Manusia pekerja akan sangat senang apabila mereka  diikutsertakan dalam proses pengambilan  keputusan yang menyangkut kehidupan kekaryannya mellui apa yang dewasa ini popular dengan istilah dan konsep pemberdayaan. Pemberdayaan harus dilihat sebagai salah satu aspek proses demokratisasi dalam kehidupan kekaryaan para pegawai, suatu fenomena yang tampaknya sedang dan akan terus bergaung dengan makin kuat.
Memang diakui bahwa penggerakan sumber daya manusia yang tepat dan efektif memerlukan informasi yang handal. Misalnya, informasi tentang klasifikasi jabatan, informasi tentang uraian pekejaan, inormasi tntang analisis pekerjaan, informasi tentang standart mutu kinerja yang diharapkan, informasi tentang berbagai sistem imbalan yang diterapkan oleh berbagai informasi lainnya yang memungkinkan satuan kerja yang mengelola sumber daya manusia dalam organisasi menyelenggarakan berbagai fungsinya dengan baik.
Penyelenggaraan Kegiatan Operasional
 Jika didefinisi klasik tentang manajemen disimak dengan cermat, akan terlihat paling sedikit empat elemen ang sangat penting. Pertama : Manajemen mengandung berbagai kiat yang sifatnya situasional. Artinya, meskipun benar terdapat prinsip-prinsip manajemen yang bersifat universal, penerapan harus selalu memperhitungkan factor situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Kedua: Manajemen berorientasi pada hasil optimal untuk tidak mengatakan hasil yang maksimal. Optimalisasi hasil yang dicapai menuntut agar penyelenggaraan kegiatan operasional dalam organisasi didasarkan pada prinsip, atau paling sedikit pendekatan, efisiensi, dan efektifits kerja. Ketiga : kelompok orang yang menduduki berbagai jabatan manajerial hanya akan memperoleh hasil kerja  dengan dan melalui orang-orang lain yang menjadi bawahan mereka yang tanggung jawab utamanya ialah menyelenggrakan kegiatan operasional. Para manajer tidak akan mencapai hasil apa-apa tanpa terselenggarakannya kegiatan operasional. Keempat: Sampai tingkat yang paling bawah sekalipun, seluruh kegiatn oprasional harus secara langsung tertuju pada dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian, terlihat bahwa penyelenggaraan kegiatan operasional merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan proses manajerial dan bahkan merupakan tes apakah organisasi berjalan di atas “rel” yang benar atau tidak.
Pengawasan sebagai Komponen Manajerial
Dari teori tentang fungsi-fungsi manajerial diketahui salah satu fungsi organic manajemen ialah pengawasan, sebagai upaya untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan operasional berlangsung sesuai dengan rencana yang teah ditetapkan sebelumnya. Karena itulah sering terdengar ungkapan bahwa “perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang yang sama”. Sinyatakan dengan cara lain, pengawasan merupakan kegiatan yang sistematis untuk memantau penyelenggaraan kegiatan yang diharapkan terwujud atau tidak.
Pengawasan diperlukan karena dua pertimbangan utama. Pertama :Dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan  operasional, para anggota organisasi tidak luput dari bebagai kelemahan dan kekurangan, bahkan juga mungin kekhilafan dan kesalahan. Berarti berbagai kekurangan seperti itu memang dapat berakibat pada tidak terwujudnya tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang diharapkan, akan tetapi bukan karena perilaku disfungsional para anggota organisasi. Di samping itu, tidak mustahil bahwa harapan manajemen tidak sepenuhnya terpenuhi karena keterampilan teknis para penyelenggara sudah kedaluwarsa dan tidak atau kurang sesuai dengan tuntutan tugas masing-masing. Kedua: Tuntutan efisiensi, efetivitas, dan produktivitas tidak terpenuhi karena mungkin da anggota organisasi yang menampilkan perilaku yng negative dengan berbagai alasan penyebabnya.
Dengan dua pertimbangan utama tersebutlah sering ditekankan oleh para pakar bahwa pengawasan seyogianya bersifat edukatif dan tidak punitive. Artinya, tujuan dalam melakukan pengawasan adalah untuk membantu para anggota organisasi mengatasi berbagai kelemahan yang tedapat dalam diri masing-masing dan memberikan bimbingan sehingga terjadi modifikasi perilaku yang negatif tersebut. Bahwa dari hasil pengawasan tersedia umpan balik kepada manajemen untuk menentukan langkah korektif yang mungkin diperlukan.
Kegiatan pengawasan jelas memerlukan sekaligus menghasilkan informasi tentang penyelenggraan berbagai kegiatan operasional yang sedang terjadi. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti laporan, hasil wawancara, penyebaran kuesioner, dan pengamatan langsung dari pengawas dilapangan. Informasi tersebut akan sangat berguna dalam rangka peningkatan kinerja seluruh komponen operasional organisasi.
Penilaian sebagai Komponen Proses Manajerial
Definisi penilaian yang sering penulis gunakan menekankan bahwa penilaian merupakan upaya pembandingan antara hasil yang nyata dicapai setelah satu tahap tertentu selesai dikerjakan  dengan hasil yang seharusnya dicapai untuk tahap tersebut. Definisi terebut menunjuk kepada paling sedikit lima hal. Pertama: penilaian berbeda dengan pengawas yang sorotan pehatiannya ditujukan pada kegiatan operasional yang sedang diselenggarakan, sedangkan penilaian dilakukan setelah satu tahap tertentu dilalui. Kedua: Penilaian menghasilkan infomasi tentang tepat tidaknya semua komponen dalam proses manajerial, mulai dari tepat tidaknya tujuan hingga pelaksanaan kegiatan pengawasan. Ketiga: Hasil peniaian menggambarkan apakah hasil yang dicapai sama dengan sasaran yang telah ditentukan, melebihi sasaran atau kurang dari sasaran. Keempat: Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian diperlukan untuk mengkaji ulang komponen tesebut dapat dilakukan dengan tepat. Kelima : Orietasi penilaian adalah masa depan yang pada gilirannya memunginkan organisasi meningkatkan kinerja.
Seperti halnya dengan pengawasan, informasi dalam proses penilaian dapat diperoleh melalui berbagai teknik seperti laporan, wawancara –termasuk dengan manajemen puncak—, penyebaran kuesioner kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki pengetahuan yang mendalam tentang seluruh proses manajerial yang terdapat dalam perusahaan, dan teknik-teknik lain yang dipandang perlu dan tepat digunakan.
Pentinganya Umpan Balik
Semua informasi yang diperoleh — terutama dari hasil penilaian— diumpan balikkan kepada berbagai pihak dalam organisasi, termasuk kepada para pemodal, pemilik saham, manajemen puncak, para pimpinan satuan usaha,para manajer bidang fungsional, tenaga kerja spesialis yang terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, dan bahkan juga kepada penyedia yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan operasional.
Umpan balik merupkan masukan yang sangat penting dalam menentukan arah dan langah yang akan ditempuh di masa depan baik dalam arti peningkatan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja tanpa perubahan komponen proses manajerial, maupun melakukan perubahan kebijaksanaan, strategi, struktur, system imbalan, budaya organisasi, dan pemanfaatan teknologi. Singkatnya, umpan balik sangat diperlukan sebagai bahan untuk menjadikan organisasi semakin tangguh mencapi tujuan dan berbagai sasarannya.
Dari pembahasan diaatas kiranya terlihat dengan jelas bahwa agar manjemen suatu organisasi semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi, dukungan informasi yang mutakhir, lengkap, akurat, dapat dipercaya, diproses dengan baik serta tersimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri apabila tiba waktunya untuk digunakan merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan.
Harus pula dicatat bahwa dengan dukungan informasi demikian pun, masih diperlukan informasi yang mendukung pelaksanaan berbagai kegiatan bidang fungnsional dalam organisasi. Hal ini akan dibahas pada bab berikut.

HASIL REFERENSI DARI SUMBER LAIN MENGENAI
SISTEM INFORMASI SEBAGAI PENDUKUNG PROSES MANAJEMEN

Sistem informasi manajemen (SIM) (bahasa Inggris: management information system, MIS) adalah bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
Tujuan Umum SIM
  • Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
  • Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan.
  • Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.
SIM merupakan kumpulan dari sistem informasi:
  • Sistem informasi akuntansi (accounting information systems), menyediakan informasi dan transaksi keuangan.
  • Sistem informasi pemasaran (marketing information systems), menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
  • Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information systems).
  • Sistem informasi personalia (personal information systems).
  • Sistem informasi distribusi (distribution information systems).
  • Sistem informasi pembelian (purchasing information systems).
  • Sistem informasi kekayaan (treasury information systems).
  • Sistem informasi analisis kredit (credit analysis information systems).
  • Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems).
  • Sistem informasi analisis software
  • Sistem informasi teknik (engineering information systems).
  • Sistem informasi Rumah Sakit (Hospital information systems).

Kegunaan / Fungsi Sistem Informasi Manajemen
Supaya informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dapat berguna bagi manajamen, maka analis sistem harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen, baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Beberapa kegunaan/fungsi sistem informasi antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan aksesibilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara sistem informasi.
  2. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan sistem informasi secara kritis.
  3. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
  4. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung sistem informasi.
  5. Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada sistem informasi.
  6. Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari sistem informasi dan teknologi baru.
  7. Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan sistem.
  8. Organisasi menggunakan sistem informasi untuk mengolah transaksi-transaksi, mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau pelayanan mereka.
  9. Bank menggunakan sistem informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
  10. Perusahaan menggunakan sistem informasi untuk mempertahankan persediaan pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
  11. SIM untuk Pendukung Pengambilan Keputusan Sebuah sistem keputusan, yaitu model dari sistem dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau terbuka. Sebuah sistem keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam sistem ini pengambil keputusan dianggap:
    1. Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-masing
    2. Memiliki metode (aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkinkan dia membuat urutan kepentingan semua alternatif.
    3. Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume penjualan, atau kegunaan.
Konsep sebuah sistem keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang secara logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan hasilnya, dan memilih alternatif yang membawa kepada hasil yang terbaik/maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah model sistem keputusan tertutup. Sebuah sistem keputusan terbuka memandang keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi lebih banyak memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan, dan sebagainya.
12.  SIM Berdasarkan Aktivitas/Kegiatan Manajemen
Kegiatan dan proses informasi untuk tiga tingkat adalah saling berhubungan. Contohnya pengendalian inventaris pada tingkatan operasional bergantung pada proses yang tepat dari transaksi; pada tingkat dari pengendalian manajemen, pembuatan keputusan tentang keamanan persediaan dan frekuensi memesan lagi bergantung pada pembetulan ringkasan dari hasil operasi-operasi; pada tingkat strategi, hasil dalam operasi-operasi dan pengendalian manajemen yang dihubungkan pada tujuan-tujuan strategi, saingan tindak tanduk dan sebagainya untuk mencapai strategi inventaris. Tampaknya terdapat kontras tajam antara ciri-ciri informasi untuk perencanaan pengendalian dan taktis berada di tengahnya.
13.  Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional Pengendalian operasional adalah proses pemantapan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian besar keputusan bisa diprogramkan.
Pendukung pemrosesan untuk pengendalian operasi terdiri dari :
a.       Proses transaksi
b.      Proses laporan
c.       Proses pemeriksaan
Beberapa contoh di bawah ini menggambarkan jenis dukungan keputusan yang dapat dibuat dalam sistem pengendalian operasional :
a.       Suatu transaksi penarikan kembali sediaan menghasilkan suatu dokumen transaksi. Pengolahan transaksi juga dapat menyelidiki persediaan yang ada, dan memutuskan apakah suatu pesanan pembelian sediaan harus diadakan.
b.      Suatu pemeriksaan terhadap file pegawai menjelaskan keperluan untuk suatu posisi. Komputer menyelidiki file pegawai menggunakan program untuk memilih kandidat secara kasar.
c.       Laporan rutin dihasilkan secara periodik. Tetapi suatu aturan keputusan yang diprogramkan dalam suatu prosedur pengolahan laporan bisa menciptakan laporan khusus dalam suatu bidang masalah. Contoh : suatu analisis pesanan yang masih belum dilayani setelah 30 hari.
14.  Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh manajer departemen untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dna mengalokasi sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi berikut :
1)      Pekerjaan yang telah direncanakan (standar, ekspektasi, anggaran, dll)
2)      Penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan
3)      Sebab penyimpangan
4)      Analisis keputusan atau arah tindakan yang mungkin
Database untuk pengendalian manajemen terdiri dari dua elemen utama : (1) database dari operasional, dan (2) rencana, anggaran, standar, dll yang mendefinisikan perkiraan tentang pelaksanaan, juga beberapa data eksternal seperti perbandingan industri dan indeks biaya.
Proses untuk mendukung keputusan kegiatan pengendalian manajemen adalah sebagai berikut :
1)      Model perencanaan dan anggaran
2)      Program-program laporan penyimpangan
3)      Model-model analisis masalah
4)      Model-model keputusan
5)      Model-model pemeriksaan/pertanyaan
Keluaran dari sistem informasi pengendalian manajemen adalah : rencana dan anggaran, laporan yang terjadwal, laporan khusus, analisissituasi masalah, keputusan untuk penelaahan, dan jawaban atas pertanyaan.
15.  Sistem Informasi Untuk Perencanaan Strategis Tujuan perencanaan strategis adalah untuk mengembangkan strategi dimana suatu organisasi akan mampu mencapai tujuannya. Horison waktu untuk perencanaan strategis cenderung lama, sehingga perubahan mendasar dalam organisasi bisa diadakan, sebagai contoh :
a.       Suatu rantai pertokoan dapat memustuskan untuk mengubah menjadi usaha melalui pesanan
b.      Suatu toko serba ada dengan toko di pusat kota dapat memutuskan untuk mengubah menjadi suatu toko obral di luar kota.
Aktifitas perencanaan strategis tidak harus terjadi dalam suatu siklus periode seperti kegiatan pengendalian manajemen. Kegiatan ini memang agak tidak teratur, meskipun beberapa perencanaan strategis bisa dijadwalkan ke dalam perencanaan tahunan dan siklus penganggaran. Beberapa jenis data yang berguna dalam perencanaan strategis menunjukkan ciri data :
a.       Prospek ekonomi bagi bidang kegiatan perusahaan dewasa ini.
b.      Lingkungan politik dewasa ini dan perkiraan masa mendatang
c.       Kemampuan dan prestasi organisasi menurut pasaran, negara, dan sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).
d.      Proyeksi kemampuan dan prestasi masa mendatang menurut pasaran, negara, dan sebagainya (berdasarkan kebijakan dewasa ini).
e.       Prospek bagi industri di daerah lain.
f.       Kemampuan saingan dan saham pasar mereka.
g.      Peluang bagi karya usaha baru.
h.      Alternatif strategi
i.        Proyeksi kebutuhan sumber daya bagi alternatif beberapa strategi.
Dukungan sistem informasi untuk perencanaan strategis tidak bisa selengkap seperti bagi pengendalian manajemen dan pengendalian operasional. Namun demikian sistem informasi manajemen dapat memberi bantuan yang cukup pada proses perencanaan strategis, misalnya:
a.       Evaluasi kemampuan yang ada didasarkan atas data internal yang ditimbulkan kebutuhan pengolahan operasional.
b.      Proyeksi kemampuan mendatang dapat dikembangkan oleh data masa lampau dan diproyeksikan ke masa mendatang
c.       Data pasar dan persaingan yang mungkin bisa direkam dalam database komputer.
16.  SIM Berdasarkan Fungsi Organisasi Sistem informasi manajemen dapat dianggap sebagai suatu federasi subsistem yang didasarkan atas fungsi yang dilaksanakan dalam suatu organisasi. Masing-masing subsistem membutuhkan aplikasi-aplikasi yntuk membentuk semua proses informasi yang berhubungan dengan fungsinya, walaupun akan menyangkut database, model base dan beberapa program komputer yang biasa untuk setiap subsistem fungsional. Dalam masing-masing subsistem fungsional, terdapat aplikasi untuk proses transaksi, pengendalian operasional, pengendalian manajemen, dan perencanaan strategis.




TIGA KATEGORI PERANAN MANAJEMEN

  1. Peran yang Bersifat “Interpersional”
Peranan yang bersifat interpersonal antara lain untuk dimaksud untuk menumbuhsuburkan iklim solidaritas dan kebersamaan dalam organisasi.
  1.   Peranan Informasional
Peranan kedua adalah perana informasional, yang dumaksud peranan ini adalah bahwa dalam kedudukannya selaku unsur pimpinan dalam oraganisasi disamping peran selaku penerima dan pembagi informasih
  1.   Peranan Selaku Pengambil Keputusan
pada tingkat yang berbeda-beda para manajer dalam suatu organisasi berperan selaku pengambil keputusan, baik yang sifatnya strategis, fungsional, dan teknik oprasional. Peran tersebut timbul karena manajemen memilki wewenang untuk bertindak selaku :
a.       wirausahawan,
b.      peredam ketidak tenangan,
c.       penentu alokasi saran, prasarana, sumber daya manusia dan dana, serta
d.      Selaku perunding
Jika dikatakan bahwa manajemen berperan selaku wirausahawan, yang dimaksud ialah bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab untuk mengamati situasi internal dan lingkungan sedemikian rupa sehingga jika peluang baru timbul untuk melakukan kegiatan tertentu dalam rangka penigkatan kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya, peluang tersebut dapat dimanfaatkan dengan segera dan dengan semaksimal mungkin. Di samping itu, para manajer lah yang diharapkan mengambil prakarsa untuk mewujudkan perubahan yang mungkin dituntut oleh kondisi internal organisasi dan perkembangan yang terjadi pada lingkungan

Jika organisasi yang dipimpinnya bisa berjalan secara efektif, maka ada empat peran manajemen yang harus dilakukan oeh manajer. Empat peranan itu menurut Ichak Adizes dalam Perilaku Organisasi (Nimran : 1999: h.62), yakni : memproduksi, melaksanakan , melakukan informasi, dan memadukan (integrating).
Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peranyang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran .itu ke dalam tiga kelompok, yaitu peran antar pribadi, peran informasional, dan peran pengambilan keputusan. Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.
a.       Peranan Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Role). Pada peranan ini, menyangkut hal-hal tentang  Pada peranan ini, menyangkut hal-hal tentang pengembangan antar pribadi. contoh dari pengembangan dirinya adalah eksistensi manajer itu sendiri dengan dunia sekitarnya. Dalam peranan ini dibagi lagi atas tiga peranan, yaitu peranan sebagai :
1.   Peran sebagai tokoh (figurehead role),
Karena posisinya selaku kepala dalam organisasi setiap pemimpin  mempunyai  kewajiban untuk melakukan kegiatan yang bersifat seremonial atau dalam persoalan yang timbul secara formal.
2.   Peran sebagai pemimpin (leader role),
Dalam peranan ini manajer bertindak sebagai pemimpin. Karena jabatannya, pemimpin bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan anak buahnya. Misalnya, pemimpin bertanggung jawab atas penggajian dan latihan kerja anak buahnya. Selain itu merupakan tugasnya yang tidak langsung untuk memotivasi dan meningkatkan semangat kerja anak  buahnya, serta harus berusaha menyelaraskan kebutuhan anak buahnya dengan kepentingan organisasi. Organisasi secara formal hanya menyediakan sejumlah kewenangan, kepemimpinanlah yang menentukan  sejauh mana kekuasaan yang tersedia akan dimanfaatkan.
3.   Peran sebagai pejabat perantara/penghubung (liaison role),
Ialah kegiatan pemimpin untuk melakukan hubungan selain hubungan ke atas menurut jalur komando, juga melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman sejawat, staf, orang-orang lain yang berada di luar organisasinya.
b.                              Peranan yang Berhubungan Dengan Informasi (Informational Role)
Manajer berhubungan langsung dengan informasi. Pada peranan ini dibagi menjadi tiga  peranan, yaitu peranan sebagai :
1.   Peran selaku pencatat (monitor role)
Karena jaringan kontak pribadinya demikian luas, pemimpin dapat mengumpulkan informasi dari berbagai pihak.Informasi itu didapatkannya secara langsung, termasuk yang berupa desas-desus, kabar angin atau spekulasi. Informasi ini dapat berupa informasi lunak yang  berguna  bagi  kepentingan  organisasi.  Selain  itu  dalam peran ini mengidentifikikan seorang manajer sebagai penerima dan pengumpul informasi, agar ia mampu untuk mengembangkan suatu pengertian yang baik dari organisasi yang dipimpin dan mempunyai pemahaman yang komplit tentang lingkungannya.
2.                                                                           Peran selaku penyebar  (disseminator role).
Informasi yang berhasil didapatkannya  berdasarkan  hubungan  pribadinya,  boleh jadi ada yang perlu diketahui oleh anak buahnya. Pemimpin dapat  memberikan informasi  yang diperlukan itu secara langsung. Mungkin pemimpin menjadi penghubung antaraanak buah yang saling membutuhkan, jika diantara mereka secara formal tidak  ada  jalur  informasi  satu  sama  lain. Peran ini melibatkan manajer untuk menangani proses transmisi dari informasi-informasi ke dalam organisasi yangdipimpinnya.

3.                                                                           Peran selaku juru bicara (spokesman role).
Peran selaku juru bicara adalah kegiatan pemimpin untuk memberikan keterangan tentang organisasinya kepada pihak luar. Semisal, seorang direktur perusahaan raksasa kadang-kadang harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk memberikan keterangan tentang perusahaannya kepada para wartawan. Peran ini dimainkan untuk penyampaian informasi keluar lingkungan organisasi.
4.                                                                           Pembuat Keputusan (Decission Role)
Informasi tentu saja bukan akhir dari segala kegiatannya. Informasi merupakan  masukan dasar  untuk  membuat  keputusan . Pemimpin  memainkan peran utama dalam proses pembuatan keputusan. Peranan ini membuat manajer harus terlibat dalam suatu proses pembuatan strategi.Peran pembuat keputusan diperinci menjadi :
a.)                                                                                                       Peran sebagai wiraswastawan (entrepreneur role).
Pemimpin bertanggung jawab untuk memajukan dan menyesuaikan organisasi dengan perkembangan lingkungan. Perannya selaku pengumpul informasi, suatu ketika mungkin menmukan gagasan-gagasan baru. Gagasan-gagasan baru ini kalau dianggapnya baik, dapat diterapkan didalam organisasi yang dipimpinnya. Manajer bertindak sebagai pemrekarsaan perancang dari banyak perubahan- perubahan dalam organisasi.

b.)                                                                                                       Peran sebagai penanggulangan gangguan (disturbande
handler role).
Tidak ada suatu organisasi yang selalu berjalan mulus. Suatu saat pasti akan mengalami  gangguan  tertentu  yang  disebabkan  perkembangan  keadaan. Gangguan itu bukan saja disebabkan keterbatasan pemimpin untuk mengenalisituasi, tetapi juga karena pemimpin yang terbaikpun tidak mungkin meramalkan akibat dari seluruh tindakannya. Pendek kata gangguan itu datang dari suatu hal yang di luar jangkauannya. Selaku pemimpin, ia harus mampu mengatasinya. Jika perannya selaku wiraswastawan berupa inisiatif untuk mengadakan penanggulangan dengan sukarela, perannya selaku penanggulangan gangguan merupakan keharusan yang mesti dilakukan. Dimana manajer bertanggung jawab terhadap organisasi ketika organisasinya terncam bahaya, misalnya: akan dibubarkan, terkena gossip, isu-isu kurang baik, dan lain sebagainya.
c.)    Peran sebagai pembagi sumber daya (resources allocator of
      role),
Peran pemimpin selaku pembagi sumber daya adalah  tanggung  jawab pemimpindalam menentukan “siapa akan dapat apa”, dalam  organisasi  yang dipimpinnya. Sumber daya yang paling penting untuk diatur pembagiannya adalah waktu yang dimiliki. Selanjutnya pemimpin dibebani tugas untuk mengatur pola hubungan formal yang mengatur bagaimana pekerjaan dibagi dan dikoordinasikan. Dalam peran ini manajer memainkan peranan untuk memutuskan kemana sumber dan aakan didistribusikan ke bagian-bagian dari organisasinya.
d.)                                                                                                   Peran sebagai perunding (negotiator role),
Penelitian membuktikan bahwa pemimpin menggunakan waktunya yang tiak sedikit  untuk mengadakan  perjanjian demi perjanjian. Penutupan perjanjian ini nampaknya telah merupakan tugas yang rutin, yang mengalir dai kedudukan sebagai pusat syaraf organisasi dan kewenangan yang dimilinya dalam organisasi.
PROSES  MANAJERIAL DARI SUMBER 1
PROSES MANAJERIAL

1.      Penentuan Tujuan
            Berkaitan dengan tujuan, terdapat paling sedikit tiga hal yang sangat menarik untuk diperhatikan.
a.  Tujuan organisasi biasanya ditentukan oleh para pendiri orgasnisasi tersebut dan seluruh kegiatan organisasi yang diselenggarakan kemudian diarahkan pada tujuan pendirian organ8sasi tersebut.
b.      Semua anggota organisasi diharapkan mau menerima tujuan tersebut sebagai suatu yang layak dan pantas untuk dicapai terlepas dari latar belakang, preferensi pribadi, dan motifasi para anggota organisasi tersebut.
c.       Tujuan dipandang sebagai sesuatu yang sesuatu yang menjadi “bintang penuntung” dan sekaligus sebagai “titik kulminasi” seluruh seluruh kegiatan organisasi yang antara lain berarti bahwa antara lain bererti bahwa apapun yang terjadi kemudian dalam organisasi harus berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2.      Pentahapan Pencapaian Tujuan
Keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik baik dalam arti tahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya.
Ada beberapa pendapat lain mengenai proses manajerial yaitu sebagai berikut:
Manajemen suatu organisasi selalu terlibat dalam serangkaian proses manajerial yang keseluruhan proses tersebut membutuhkan pemanfaatan informasi secara sistem agar manajerial yang dilakukan dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan dan tujuan organisasi. Proses manajerial tersebut setidaknya dibagi menjadi 10 macam, yaitu :

1. Penentuan Tujuan & Sasaran
2. Perumusan Strategi
3. Penyusunan Program Kerja
4. Penilaian
5. Perencanaan
6. Pengorganisasian
7. Penggerakan SDM
8. Penyelenggaraan Kegiatan
9. Pengorganisasian
10. Sistem Umpan Balik
3.        Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik.
Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu:
a.       Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.
b.      Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.
  1. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.
  2. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
  3. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. (Hariadi, 2005).

PROSES MANAJERIAL DARI SUMBER 2

Proses Manajerial

  Penentuan Tujuan
Berkaitan dengan tujuan, terdapat paling sedikitnya tiga hal yang perlu diperhatikan :
a.   Tujuan organisasi biasanya ditentukan oleh para pendiri organisasi tersebut dan seluruh kegiatan yang diselenggarakan kemudian diarahkan kepada pencapaian tujuan tersebut.
b.  Semua anggota organisasi diharapkan mau menerima tujuan tersebut sebagai sesuatu yang layak dan pantas untuk dicapai terlepas dari latar belakang, preferensi pribadi, dan motivasi para anggota organisasi tersebut.
c.   Tujuan dipandang sebagai sesuatu yang menjadi “bintang penuntun” dan sekaligus sebagai “titik kulminasi” seluruh kegiatan organisasi yang antara lain berarti bahwa apapun yang terjadi kemudian dalam organisasi harus berkaitan langsung dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan akhir suatu organisasi memiliki empat ciri, yaitu :
1.  Jangkauan waktunya jauh kedepan dan bahkan biasanya tidak dinyatakan secara tegas kapan tujuan tersebut akan dicapai.
2.  Tujuan merupakan sesuatu kondisi ideal yang diharapkan akan terwujud.
3.  Tujuan dinyatakan secara kualitatif.
4.  Sifat tujuan akhir tersebut tidak dimungkinkan untuk dirumuskan secara konkret melainkan abstrak.

PROSES MANAJERIAL DARI SUMBER 3

Proses Manajerial


a.          Penentuan Tujuan
Informasi yang dibutuhkan dalam penetuan tujuan organisasi adalah informasi dasar yang memberikan gambaran kasar atau global tentang kecenderungan-kecenderungan yang mungkin timbul atau terjadi baik dalam arti internal dalam organisasi yang bersangkutan sendiri maupun pada lingkungan dimana organisasi akan bergerak.
b.            Pentahapan Pencapaian Tujuan
Diperlukan berbagai informasi untuk dijadikan instrument pendukung dalam pengambilan keputusan.
1.      Dibidang politik
Misalnya diperlukan estimasi tentang srabilitas dan keamanan nasional, termasuk kemungkinan terjadinya perubahan dalam pemerintahan yang pada gilirannya mempunyai implikasi terhadap berbagai kebijaksanaan yang akan ditempuh di masa depan.

2.      Dibidang ekonomi
Diperlukan informasi yang menyangkut banyak segi kehidupan perekonomian, seperti tingkat pertumbuhan perekonomian nasional, laju inflasi, tingkat suku bunga, apakah pemerintah akan memberikan kebijaksanaan uang ketat atau tidak, arah pertumbuhan dan perkembangan industry, kondisi persaingan dalam industri diaman organisasi bergerak, dan informasi lain yang sejenis.
3.       Dibidang sosial budaya
Sangat diperlukan aneka ragam informasi seperti tingkat pendidikan masyarakat, kemungkinan makin beranekaragamnya tenaga kerja, perkiraan sampai sejauh mana akan terjadi pergeseran akan nilai-nilai sosial budaya dimasyarakat sebagai akibat penetrasi teknologi informasi.
c.                                                                                                                               Perumusan Strategi 
Diperlukan berbagai informasi baik yang bersumber dari dalam organisasi sendiri maupun yang digali dari luar organisasi yang bersangkutan. Memerlukan informasi internal antara lain tentang filsafat organisasi, kemampuannya memiliki dan menguasai berbagai sarana, prasarana dan dana, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia, serta budaya organisasi. Informasi tentang peluang juga harus dimanfaatkan antara lain menyangkut potensi pasar dimana produk organisasi dijual, bidang bisnis baru, peluncuran produk baru, dan lain sebagainya.
d.      Fungsi Perencanaan
Informasi yang diperlukan pun jelas berbeda dan manajemen harus memahami perbedaan-perbedaan tersebut. Informasi tersebut berkaitan dengan upaya menemukan jawaban terhadap 6 pertanyaan yang harus terjawab dalam proses perencanaan, yaitu pertanyaan apa, di mana, bilamana, bagaimana, siapa, dan mengapa. Berikut fungsi perencanaan:
1.) Penyusunan Program Kerja
Keenam pertanyaan dalam fungsi perencanaan harus terjawab dalam penyusunan program kerja. Informasi jawaban tersebut :
- Lebih bersifat kuantitatif
- Menyatakan secara jelas dan konkret hasil yang diharapkan Standar  kinerja jelas 
-                                                 Mutu hasil pekerjaan ditetapkan secara pasti
-  Disusun sedemikian rincinya sehingga dapat dijadikan pedoman dan pegangan dalam penyelenggaraan kegiatan operasional.
2.)            Fungsi Pengorganisasian
Ada 5 implikasi informasionalanya :
- Organisasi sebagai wadah. Dimana sekelompok otang yang bergabung dan menempati “kotak-kokak” tertentu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
- Organisasi sebagai proses interaksi. Alasan yang sangat mendasar untuk penekanan tersebut ialah mutlak perlunya diterapkan pendekatan kesisteman dalam menjalankan roda organisasi
- Tipologi organisasi
                        - Prinsip-prinsip organisasi
                        -  Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur organisasi
e.      Penggerakan Sumber Daya Manusia
            Pergerakan sumber daya manusia perlu memperhatikan hal-hal berikut ini termasuk implikasinya terhadap perolehan berbagai jenis informasi sehingga proses pergerakan tersebut berlangsung dengan tepat :
-    Manusia adalah makhluk yang mempunyai harkat dan martabat yang perlu dan harus diakui  dan dihargai
-    Dalam berkarya, manusia ingin diperlakukan secara manusiawi
-    Manusia pekerja akan sangat senang apabila mereka diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan kekaryaannya melalui apa yang dewasa ini popelur dengan istilah dan konsep pemberdayaan.
f.     Penyelenggaraan Kegiatan Operasional
  Pada penyelenggaraan kegiatan operasional, ada 4 elemen informasi yang sangat penting, yaitu :
 - Manajemen mengandung berbagai kiat yang sifatnya situasional. Artinya, meskipun benar terdapat prinsip-prinsip manajemen yang bersifat universal, penerapannya harus selalu memperhitungkan faktor situasi, kondisi, ruang, dan waktu
- Manajemen berorientasi pada hasil optimal untuk tidak mengatakan hasil yang maksimal
- Kelompok orang yang menduduki berbagai jabatan manajerial hanya akan memperoleh hasil kerja dengan dan melalui orang-orang lain yang menjadi bawahan mereka yang tanggung jawab utamanya ialah menyelenggarakan kegiatan operasional
- Sampai tingkat yang paling bawah sekalipun, seluruh kegiatan operasional harus secara langsung tertuju pada dan mendukung pencapaian tujuan dan sasaran organisasi berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.
g.      Pengawasan sebagai Kompenen Proses Manajerial
   Pengawasan diperlukan karena 2 pertimbangan :
-     Dalam menyelenggarakanseluruh kegiatan operasional, para anggota organisasi tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan, bahakan juga munkin kekhilafan dan kesalahan.
-    Tuntutan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas tidak terpenuhi karena mungkin ada anggota organisasi yang menampilkan perilaku yang negative dengan berbagai alasan penyebabnya. Informasi diperoleh dengan berbagai cara seperti laporan, hasil wawancara, penyebaran kuisoner, dan pengamatan langsung oleh pengawas dilapangan.
h.     Penilaian sebagai Komponen Proses Manajerial
Upaya pembandingan antara hasil yang nyata dicapai setelah satu tahap tertentu selesai dikerjakan dengan hasil yang seharusnya dicapai untuk tahap tersebut. Definisi tersebut menunjukan kepada paling sedikit 4 hal :
a. Penilaian lebih ditujukan kepada kegiatan operasional yang sedang diselenggarakan 
b.Penilaian menghasilkan informasi tentang tepat tidaknya komponen dalam proses manajerial
c. Hasil penilaian menggambarkan apakah hasil yang dicapai sama dengan sasaran yang telah ditentukan
d.    Informasi yang diperoleh dari kegiatan penilaian diperlukan untuk mengkaji ulang semua komponen proses manajerial sehingga perumusan kembali berbagai komponen tersebut dapat dilakukan dengan tepat. Informasi dalam proses penilaian dapat diperoleh melalui berbagai teknik seperti laporan, wawancara, penyebaran kuisoner, dan teknik-teknik lain yang dipandang perlu dan tepat digunakannya.







DAFTAR PUSTAKA

Siagian, Sondang P., “Sistem Informasi Manajemen”. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002).
Ichak Adizes. Perilaku Organisasi.(Nimran : 1999: h.62)
http://Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.html





Tidak ada komentar:

Posting Komentar